KETIDAKJELASAN DANA LABORATORIUM AKIBATKAN MAHASISWA MOGOK PRAKTIKUM

akibat tidak adanya pengalokasian dana untuk pelaksanaan laboratorium, maka praktikan dalam hal ini mahasiswa baru angkatan 2014 dibebankan pembiayaan soal pelaksanaan laboratorium dalam bentuk pembelian beberapa alat dan bahan laboratorium. hal ini ditolak oleh mahasiswa MIPA Unhas dibawah naungan BEM FMIPA Unhas yang menganggap bahwa dana laboratorium telah tercakup dalam dana BOPTN.

MAHASISWA UNHAS DEMO TOLAK UKT

kamis, 19/03/15, BEM se-Unhas yang tergabung dalam aliansi #SaveUnhas melakukan aksi demonstrasi di depan gedung rektorat Universitas Hasanuddin dengan isu utama penolakan terhadap sistem Uang Kuliah Tunggal.

BEM SE-UNHAS TUNTUT TRANSPARANSI DANA DI KAMPUS MERAH

ketidakjelasan sumber pemasukan dan anggaran pengalokasian dana di kampus merah mengakibatkan BEM se-Unhas menuntut adanya transaransi sektor pendanaan di Universitas Hasanuddin.

Pers-Ma SINTESIS, MICRO, dan KPK sambut EARTH DAY 2015

dalam rangka Hari Bumi internasional, Pers-Ma SINTESIS dan MICRO, dua unit kegiatan dibawah naungan BEM FMIPA Unhas mengadakan rangkaian kegiatan dengan tajuk, EARTH DAY 2015 "BELAJAR BERTERIMAKASIH PADA SUMBER KEHIDUPAN". Adapun kegiatan yang masuk dalam rangkaian adalah Kerja Bakti Koridor MIPA serta Pameran Foto Lingkungan dan Pemutaran Film Lingkungan karya dari SINTESIS dan MICRO

AGENDA KORIDOR

Lapak Baca Koridor MIPA, setiap rabu pukul 10.00-till end. rajin baca jadi CERDAS, malas baca jadi BODOH. datangki'..:D

Rabu, 22 April 2015

Antroposentris. Manusia dan alam semesta.




Antroposentris. Suatu pandangan, bahwa manusia adalah pusat dan tujuan alam semesta. Tapi rasanya saya kurang sependapat dengan konsep ini.

Manusia adalah pemimpin atau khalifah di bumi, begitu yang kita amini bersama seperti yang jelas tertulis dalam kitab suci. Jika akal pendek kita bernalar, manusia benar adalah makhluk inti dari penciptaan semua ini, ya penciptaan alam semesta. Tapi apakah benar bahwa semesta ini diciptakan untuk sebagian besar tubuhnya diabdikan kepada manusia? Apa iya alam semesta ada sebagai penopang hidup manusia? 

Minggu, 12 April 2015

SURAT TERBUKA UNTUK SINTESIS

#pelegalan belum tentu pengakuan...

mungkin curhatan jie, tapi nda mengapa..
sebab, pelegalan hanya sebatas pemandatan administrasi. tapi, pengakuan adalah pemberian kepercayaan dan dukungan penuh. untuk itu butuh kerja keras. sekarang lembaga ini telah 'legal', tapi siapa yg menjamin lembaga ini telah 'diakui'??? untuk mendapat tempat kerja saja lembaga ini masih terkatung2 tergantung sama janji birokrasi dibalik dua kata 'SEBENARNYA' dan 'TAPI'. dua kata yg sayangx turut diaminkan oleh struktural kelembagaan yang telah me'legal'kan lembaga ini. mungkin karena kita punya birokrasi terlalu baik, sehingga ketegasan pun hilang. tapi tidak mengapa, toh belum ada apa2 yg telah lembaga ini beri. maka dari itu, besar harapan kerja sama dan kerja keras teman2 untuk membangun lembaga ini. ingat, bukan hal mudah membangun lembaga ini. saya yakin teman2 tahu itu. telah dari ujung jauh lamanya lembaga ini dicita-citakan, tapi zaman telah menentukan bahwa teman2lah yg mampu mendirikanx. sekarang pertanyaanx, hanya sampai mendirikankah kita?? lantas siapa yang membangun??? tidakkah kita bisa menghargai setiap tetes keringat dan kelelahan dalam membangun lembaga ini sehingga disia-siakan diumurnya yg masih muda???
sebagai penutup, mari kita ingat kembali perdebatan panjang yang akhirnya berujung pada satu nama, SINTESIS. ingat cita2 dibalik nama itu. semangat pembaruan. resolusi dari anti tesis teori lama.
mari ki' merefleksi dan bangun lagi lembaga yg kita bangun dg susah payah ini..
thx..
SURACHMAN B.
(Anggota PERS-MA SINTESIS FMIPA Unhas)

Rabu, 25 Maret 2015

UKT dan BIDIK MISI



Pertama kali saya menginjakkan kaki di universitas hasanuddin, saya merasakan sesuatu yang sangat membanggakan hati. Saya berada di salah satu kampus ternama di Indonesia. Ditambah dengan iming-iming UKT yang hanya sekali bayar, saya rasa inilah universitas yang terbaik karna memudahkan para mahasiswa dalam kuliah. Hari pertama kami dikumpulkan di baruga di perkenalkan dengan system pembayaran yang berlaku di unhas yaitu sistem UKT yang dimana semuanya itu hanya sekali bayar dan tidak akan ada lagi pembayaran selain itu. Hari kedua pun sama, kami di jelaskan ulang mengenai UKT di fakultas. Pengumuman Bidikmisi sangat membuat saya berbahagia karna saya merupakan salah satu mahasiswa yang berhasil lulus dari seleksi. Padahal saya rasa masih banyak orang di luar sana yang lebih membutuhkan daripada saya.
Dengan adanya bidikmisi saya merasa ada lagi motivasiku untuk kuliah dan terus berusaha menjadi lebih baik. Orang tua merupakan hal pertama yang membuat saya termotivasi kemudian orang-orang yang aku sayangi. Lingkungan yang cukup mendukung dan motivasi dari para senior sekaligus teman angkatan untuk terus menjadi lebih baik. Hidup memang susah, hidup memang sulit. Namun, hidup pasti akan kembali kepada-Nya. Saya kini mendedikasikan hidup untuk berbakti kepada tuhan, tapi entah tuhan mana yang harus aku percaya.
Seiring waktu berjalan, UKT yang dijanjikan tidak sesuai dengan kenyataan. UKT hanyalah sebuah system yang membuat kantong para birokrasi tambah tebal. Mahasiswa yang harusnya hanya tinggal belajar kini tidak tenang dengan adanya uang lab, alat lab dan buku diktat, bahkan ada sebagian dosen pengampu yang mewajibkan kita untuk membeli buku diktat, jika tidak maka nilai yang keluar akan error. Saya rasa ada sesuatu yang mengganjal terhadap pengadaan UKT. System UKT merupakan system yang tepat untuk memberikan rasa simpati mahasiswa ke mahasiswa yang lain. Saling membantu dan saling melengkapi untuk membentuk pribadi yang lebih mulia dan lebih baik untuk masa depan.
Bidikmisi merupakan bantuan bagi para mahasiswa yang kurang miskin. Bidikmisi hanyalah alat yang digunakan oleh para birokrasi untuk mempertebal kantong-kantong mereka. Sebagian mahasiswa yang penerima bidikmisi mungkin sudah tepat namun sebagian yang lain masih tidak tepat karna masih banyak orang yang memalsukan data hanya untuk mendapatkan uang dari bidikmisi.
Pembagian golongan UKT merupakan hal yang lumrah namun ada yang menyalah gunakan pembagian ini sehingga tidak merata. Golongan 1 dan 2 hanya disiapkan sekitar 5% saja.

oleh:
Jundullah (MIPA 2014)

UKT BUKAN EKSTRAK KULIT MANGGIS


Kabar gembira untuk kita semua
Kulit manggis, kini ada ekstraknya
Mastin hadir, dan rawat tubuh kita
Jadikan hari ini hari Mastin

Tampil bersinar, membuatku bahagia
Badan sehat, rahasia Mastin herbal
Rahasia alam dari Indonesia. 
Penuh pesona, pesona Mastin
Mastin.. Good (baca: Guuuut........)

Guys... potongan syair di atas tahu dan hapal di luar kepala kan? Kulit manggis dipercaya dapat mengatasi berbagai macam penyakit. Mastin seolah menawarkan sebuah khabar baik sebagai sebuah solusi obat yang manjur dan mujarab bagi setiap orang yang punya penyakit akut sama ketika khabar akan diberlakukannya UKT. Tetapi apa benar UKT ini khabar gembira untuk kita semua juga?
***
Pembayaran uang kuliah banyak dikeluhkan oleh para mahasiswa dan orang tua. Bukan khabar mengejutkan jika mahasiswa yang berasal dari kampung kadang harus rela merelakan tanah dan sawah mereka dijual demi sebuah gelar sarjana. Orang tua melihat bahwa tidak adanya harapan dari mengolah tanah sehingga anak mereka harus disekolahkan hingga perguruan tinggi agar kelak kehidupan mereka lebih baik dan bisa keluar dari jerat kemiskinan dan pekerjaan mengolah tanah (bertani atau berkebun). 
Banyaknya pembayaran tambahan seperti uang lab, uang buku, uang praktek lapangan dsb dinilai dan dirasa sangat memberatkan terutama bagi si miskin. Menanggapi hal ini pemerintah seolah bagai ibu peri yang baik hati yang siap membantu kelaur dari masalah. UKT dinilai sebagai sebuah jalan dan kabar baik bagi semua kalangan. Si miskin membayar sedikit, dan si kaya yang membayar banyak untuk menutupi si miskin tersebut. 
Ukt adalah sistem pembayaran baru bagi mahasiswa- dengan pembayaran setiap semester di klaim lebih murah karena sudah memasukkan semua biaya total seperti uang lab, uang buku, uang KKN dsb sehingga pembayaran persemester rata sampai akhir masa studi. Wah, mudah banget yah...
Konsep subsidi silang dinilai sebagai sebuah solusi agar mahasiswa yang termasuk golongan miskin (golongan 1 dan 2) dibayarkan oleh mahasiswa yang mampu (golongan 3,4 dan 5). Dalam skema pembayarannya kategori 1 (500 ribu), kategori 2 (750 ribu), kategori 3 (2 juta), kategori 4 (2,4 juta), golongan 5 (5 juta). 
Guys mari buka mata dan telinga! Pada kenyataannya masih banyak kok dijumpai mahasiswa harus membayar buku, uang lab, uang praktek dsb. Bahkan, salah seorang mahasiswa baru angkatan 2014 yang berasal dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) ikut menyampaikan keresahannya. Ia mengatakan bahwa pada saat Penerimaan dan Pembinaan Mahasiswa Baru, pihak birokrasi kampus menjelaskan bahwa sistem UKT merupakan sistem sekali bayar dalam per semesternya, namun kenyataannya ia masih harus melakukan pembayaran ketika proses perkuliahan dimulai seperti pungutan biaya praktikum, pembelian diktat serta pungutan-pungutan liar lainnya.
Hal serupa  dialami Ayu (Red.) salah satu mahasiswa Fakultas Pertanian angkatan 2014 yang masih harus merasakan banyaknya pembayaran tambahan. “katanya tidak adami pembayaran tambahan kalau UKT, tapi kenyataannya masih tetap jaki’ bayar penuntun praktikum, biaya praktek lapang,” ujarnya.
Data yang dibuat organisasi mahasiswa juga memperlihatkan mahasiswa yang masuk kategori 1 dan 2 sangat sedikit, bahkan tidak sampai 30 persen. Jadi betulkah subsidi silang ini untuk menutupi kategori 1 dan 2 ? Kategori 3-5 pada kenyataannya hanya sapi perah yang kena jebakan batman. Dengan dalih menyubsidi yang miskin mereka membayar mahal tetapi justru uang mereka tidak jelas kemana. 
Adanya kategorisasi yang menjelma kastanisasi ini juga akan memicu perlakuan berbeda pihak kampus kepada kasta terendah. ‘’Kau kan bayar sedikit, tidak usah banyak protes. Sudah dikasih bayar rendah saja harusnya syukur meko! Intinya, kasta terendah ini akan mendapat perlakuan seperti bawang putih yang selalu dikucilkan oleh ibu tirinya. Tetapi bukan berarti golongan kasta yang tinggi tadi serupa bawang merah yang selalu disayang dan diperlakukan istimewa oleh ibunya. Mereka tidak lebih hanya terus menerus diperas hingga tetes uang terakhir. Untuk beberapa prodi terutama yang ada di fakultas kedokteran, Unhas menetapkan pembayaran persemester pada kategori 5 sebesar 5- 20 juta rupiah. Bahkan, pendidikan dokter yang masuk lewat jalur non subsidi (JNS) bisa sampai 47,5 juta. 
Tahu nga guys, sebenarnya tuh negara punya tugas wajib untuk membuat pendidikan kita menjadi murah dan terjangkau. Ini sudah diamanatkan para pendiri bangsa terdahulu yang tidak lepas dari kesadaran akan arti penting pendidikan bagi para warganya. 
Pasal 31 ayat (1) menyatakan “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.’’
Pasal 28c ayat (1) menyatakan ‘’Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu penegtahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan kesejahteraan umat manusia.’’
Jadi benarkah ukt itu adalah ekstrak kulit manggis yang bisa mengobati masalah kesenjangan pendidikan dan menjadi kabar gembira untuk kita semua ? jawabanya tentu bukan. Iya tidak lebih hanya sebuah skema untuk membuat mahasiswa harus menguras uang mereka lebih banyak dan lebih banyak lagi, hingga tetes terakhir. 


oleh:
Muchlis Abduh (Mantan Ketua BEM Sastra Unhas)


UANG KULIAH TUNGGAL (KATANYA)

UKT, tiga huruf beribu makna. Tiga huruf yang sedang menggoncang kehidupan civitas akademika, terutama mahasiswa. Sejatinya, UKT merupakan singkatan dari Uang Kuliah Tunggal. Namun dalam praktiknya, UKT pantas diplesetkan menjadi Uang Kuliah Terus, Uang Korupsi rekTor, Uang KampreT, dan plesetan lain yang memang pantas disandingkan padanya. For Your Information, UKT (Uang Kuliah Tunggal) merupakan sistem pembayaran akademik mahasiswa program S1, dimana biaya kuliah mahasiswa selama satu masa studi dibagi rata per semester. Dengan adanya UKT, maka mahasiswa baru tidak perlu lagi membayar segala sumbangan awal saat masuk kuliah, seperti uang masuk (uang pangkal), maupun sumbangan-sumbangan lain yang dibayar tiap semester selama masa studi. Itu SEHARUSNYA. Namun dalam praktiknya (di salah satu universitas terkenal di Sulawesi Selatan), mahasiswa tetap dikenakan pemungutan biaya dalam berbagai hal, seperti dalam kegiatan praktikum. Di awal praktikum, mahasiswa yang terkena biaya UKT (angkatan 2013 dan 2014) tetap dimintai biaya operasional praktikum, seperti buku penuntun. Belum lagi ketika praktikum telah berlangsung. Mahasiswa kadang masih harus merogoh kocek untuk membeli alat dan bahan karena tidak disediakan oleh pelaksana praktikum yang harganya kadang mencapai ratusan ribu. Dan sialnya, mahasiswa jurusan tertentu yang kehidupan kuliahnya hanya berkutat dengan praktikum yang tak jarang mencapai 6 praktikum dalam semester, justru harus merogoh kocek lebih dalam lagi. TUNGGALNYA DIMANA? Ketika melakukan registrasi, mahasiswa baru disodorkan sejenis kuisioner yang di dalamnya terdapat lima kategori UKT berdasarkan pendapatan orang tuanya. Penggolongan tersebut berdasarkan Surat Edaran Dirjen Dikti No. 272/ET.1.KV/2013 tertanggal 3 April 2013 tentang Uang Kuliah Tunggal. Kelima kategori tersebut jelas telah menggambarkan betapa dibedakannya ‘si kaya’ dan ‘si miskin’ dalam mengenyam pendidikan. Bukankah itu termasuk kastanisasi? Dengan dalih subsidi silang (yang kaya membiayai yang miskin), pemerintah seolah lepas tanggung jawab dalam membiayai masyarakat yang tidak mampu dalam mengenyam pendidikan. Lantas apa yang dilakukan Negara? Sekedar membuat peraturan kah? Ataukah memang sudah tidak mampu menyejahterakan rakyatnya dan melimpahkan kepada mereka yang mampu? Entahlah. Sebagai mahasiswa yang sedang didzalimi oleh para pembuat aturan, tidak sepatutnya kita hanya diam dan legowo ketika hasil kerja keras orang tua untuk membiayai studi kita dirampas begitu saja. Andai UKT ini memang tepat sasaran, benar-benar tunggal tanpa beranak pinak, dan sarana prasarana yang kita peroleh telah optimal dan benar-benar mendukung studi kita, oke saja. Tapi ini? Jika kalian muak dengan tingkah mereka, mari rapatkan barisan dan tuntut hak-hak yang seharusnya kita peroleh. HIDUP MAHASISWA!
oleh:
Nurul Magfirah Sukri
(Anggota Pers-Ma SINTESIS FMIPA Unhas)

Selasa, 24 Maret 2015

PUISI UKT

UKT tak sebanding dengan harapan...
Menguras persediaan uang kami...
Barang-barang harta benda habis hanya untuk bayar UKT...
Tapi, fasilitas yang digunakan tidak sebaanding
dengan jumlah pembayaran...

Kami tidak meminta lebih..!!!
Kami hanya ingin UKT disebandingkan dengan fasilitas kampus!!!

Perbarui alat-alat laboratorium!!!
Kami sudah membayar mahal UKT...
dulu dikatakan, UKT mencakup laboratorium
tapi NYATANYA TIDAK!!!
jangan ada dusta diantara kita nah!!!

mahasiswa baru angkatan 2014

MASALAH UKT


Mengenai system pembayaran uang kuliah tunggal, atau yang disingkat UKT , saya tidak setuju dengan sistem pembayaran tersebut . Mengapa demikian, karena menurut saya sistem pembayaran UKT ini sudah mewakili semua pembayaran uang kuliah, karena namanya saja tunggal. Namun, setelah masuk kuliah ternyata hal itu tidak sesuai yang diharapkan. Masih banyak pembayaran-pembayaran lainnya yang harus dikeluarkan yang berkaitan dengan proses perkuliahan di kampus ini. Misalnya saja pembayaran di laboratorium, untuk baju lab, buku-buku penuntun. Pada semester 1 juga dihasruskan membeli buku namun sekarang sudah tidak diharuskan. Menurut saya, seharusnya sebelum menetapkan UKT tersebut, terlebih dahulu harus ada perincian untuk UKT 1 atau 2, menurut saya itu standar untuk UKT MAHAL. Karena setahu saya, pembayaran di PTN itu, murah buakan MAHAL.

Nov
Mahasiswa Angkatan 2014